Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa yang mengajarkan arti kebersamaan dan kepedulian. Saat adzan maghrib berkumandang, tidak semua orang memiliki hidangan berbuka yang layak. Namun, di balik kesederhanaan, ada kebahagiaan yang lahir dari kepedulian sesama.
Sore itu, di Jalan Kendeng, Sidanegara, langkah kami dipenuhi harapan. Kami membawa sekotak nasi, bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai wujud kasih sayang bagi mereka yang mungkin tak tahu dengan apa mereka akan berbuka hari ini. Di sudut jalan, seorang bapak tua menyambut kami dengan senyum hangat, matanya berbinar, penuh rasa syukur. "Terima kasih, Mas dan Mbak. Semoga ini membawa manfaat dan keberkahan di bulan Ramadhan," ucapnya lirih namun penuh makna.
Kebaikan yang terlihat sederhana ini ternyata memiliki dampak yang begitu besar. Senyum yang merekah, tatapan yang berbinar, dan doa-doa yang terucap dari mereka yang menerima, menjadi pengingat bahwa berbagi bukan sekadar memberi, tetapi juga menciptakan kebahagiaan. Sebuah piring makanan yang kita anggap kecil, bisa jadi sangat berarti bagi mereka yang sedang membutuhkan.
Ramadhan mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar. Kadang, hanya dengan berbagi sepiring makanan, kita bisa menghadirkan kehangatan di hati seseorang. Kebaikan, sekecil apa pun, selalu bernilai di mata Allah dan di hati mereka yang menerimanya.
Mari terus menebar kebaikan di bulan penuh berkah ini. Semoga setiap langkah yang kita ambil dalam berbagi menjadi cahaya yang menerangi perjalanan hidup kita. Karena di balik setiap kebaikan yang kita berikan, ada keberkahan yang akan kembali kepada kita dengan cara yang tak terduga.
#SahabatPeduli, mari terus berbagi, karena sekecil apa pun kebaikan, di mata mereka yang membutuhkan, itu begitu berharga.